SELAMAT DATANG DI WEBSITE " MAS AL-IKHLAS AJAMU ", KEC. PANAI HULU, KABUPATEN LABUHANBATU,SUMATERA UTARA
”Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhari).

” Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu ”. (HR. Turmudzi.

”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr.

Kamis, 30 Januari 2014

20 Tips Menguatkan Iman

20 Tips Menguatkan Iman - “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.” (Ali Imran: 102)

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan daripada keduanya Allah mengembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang denan (menggunakan) nama-Nya kami saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An-Nisa: 1)

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan, barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah mendapatkan kemenangan yang besar.”
Begitulah perintah Allah kepada kita agar kita bertakwa. Namun, iman di dalam hati kita bukanlah sesuatu yang statis. Iman kita begitu dinamis. Bak gelombang air laut yang kadang pasang naik dan kadang pasang surut.

Ketika kondisi iman kita lemah dan kondisi lemah itu kita masih ada dalam kebaikan, kita beruntung. Namun, bila ketika kondisi iman kita lemah dan kondisi lemah itu membuat kita ada di luar koridor ajaran Rasulullah saw., kita celaka. Rasulullah saw. bersabda, “Engkau mempunyai amal yang bersemangat, dan setiap semangat mempunyai kelemahan. Barangsiapa yang kelemahannya tertuju pada sunnahku, maka dia telah beruntung. Dan, siapa yang kelemahannya tertuju kepada selain itu, maka dia telah binasa.” (Ahmad)
Begitulah kondisi hati kita. Sesuai dengan namanya, hati –dalam bahasa Arab qalban—selalu berubah-ubah (at-taqallub) dengan cepat. Rasulullah saw. berkata, “Dinamakan hati karena perubahannya. Sesungguhnya hati itu ialah laksana bulu yang menempel di pangkal pohon yang diubah oleh hembusan angin secara terbalik.” (Ahmad dalam Shahihul Jami’ no. 2365)

Karena itu Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita sebuah doa agar Allah saw. menetapkan hati kita dalam ketaatan. “Ya Allah Yang membolak-balikan hati-hati manusia, balikanlah hati kami untuk taat kepada-Mu.” (Muslim no. 2654)

Hati kita akan kembali pada kondisi ketaatan kepada Allah swt. jika kita senantiasa memperbaharui keimanan kita. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu sekalian sebagaimana pakaian yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu.” (Al-Hakim di Al-Mustadrak, 1/4; Al-Silsilah Ash-Shahihain no. 1585; Thabrany di Al-Kabir)

Bagaimana cara memperbaharui iman? Ada 20 sarana yang bisa kita lakukan, yaitu sebagai berikut.

1. Perbanyaklah menyimak ayat-ayat Al-Quran
Al-Qur’an diturunkan Allah sebagai cahaya dan petunjuk, juga sebagai obat bagi hati manusia. “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Isra’: 82).
Kata Ibnu Qayyim, yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim untuk menyembuhkan hatinya melalui Al-Quran, “Caranya ada dua macam: pertama, engkau harus mengalihkan hatimu dari dunia, lalu engkau harus menempatkannya di akhirat. Kedua, sesudah itu engkau harus menghadapkan semua hatimu kepada pengertian-pengertian Al-Qur’an, memikirkan dan memahami apa yang dimaksud dan mengapa ia diturunkan. Engkau harus mengamati semua ayat-ayat-Nya. Jika suatu ayat diturunkan untuk mengobati hati, maka dengan izin Allah hati itu pun akan sembuh.”

2. Rasakan keagungan Allah seperti yang digambarkan Al-Qur’an dan Sunnah
Al-Qur’an dan Sunnah banyak sekali mengungkap keagungan Allah swt. Seorang muslim yang ketika dihadapkan dengan keagungan Allah, hatinya akan bergetar dan jiwanya akan tunduk. Kekhusukan akan hadir mengisi relung-relung hatinya.
Resapi betapa agungnya Allah yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui, yang memiliki nama-nama yang baik (asma’ul husna). Dialah Al-’Azhim, Al-Muhaimin, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Qawiyyu, Al-Qahhar, Al-Kabiir, Al-Muth’ali. Dia yang menciptakan segala sesuatu dan hanya kepada-Nya lah kita kembali.
Jangan sampai kita termasuk orang yang disebut ayat ini, “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi dan seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.” (Az-Zumar: 67)

3. Carilah ilmu syar’i
Sebab, Al-Qur’an berkata, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah orang-orang yang berilmu.” (Fathir: 28). Karenanya, dalamilah ilmu-ilmu yang mengantarkan kita pada rasa takut kepada Allah.
Allah berfirman, “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Az-Zumar: 9). Orang yang tahu tentang hakikat penciptaan manusia, tahu tentang syariat yang diturunkan Allah sebagai tata cara hidup manusia, dan tahu ke mana tujuan akhir hidup manusia, tentu akan lebih khusyuk hatinya dalam ibadah dan kuat imannya dalam aneka gelombang ujian ketimbang orang yang jahil.
Orang yang tahu tentang apa yang halal dan haram, tentu lebih bisa menjaga diri daripada orang yang tidak tahu. Orang yang tahu bagaiman dahsyatnya siksa neraka, tentu akan lebih khusyuk. Orang yang tidak tahu bagaimana nikmatnya surga, tentu tidak akan pernah punya rasa rindu untuk meraihnya.

4. Mengikutilah halaqah dzikir
Suatu hari Abu Bakar mengunjungi Hanzhalah. “Bagaimana keadaanmu, wahai Hanzhalah?” Hanzhalah menjawab, “Hanzhalah telah berbuat munafik.” Abu Bakar menanyakan apa sebabnya. Kata Hanzhalah, “Jika kami berada di sisi Rasulullah saw., beliau mengingatkan kami tentang neraka dan surga yang seakan-akan kami bisa melihat dengan mata kepala sendiri. Lalu setelah kami pergi dari sisi Rasulullah saw. kami pun disibukkan oleh urusan istri, anak-anak, dankehidupan, lalu kami pun banyak lupa.”
Lantas keduanya mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Kata Rasulullah, “Demi jiwaku yang ada di dalam genggaman-Nya, andaikata kamu sekalian tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam dzikir, tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas kasurmu dan tatkala kamu dalam perjalanan. Tetapi, wahai Hanzhalah, sa’atah, sa’atan, sa’atan.” (Shahih Muslim no. 2750)
Begitulah majelis dzikir. Bisa menambah bobot iman kita. Makanya para sahabat sangat bersemangat mengadakan pertemuan halaqah dzikir. “Duduklah besama kami untuk mengimani hari kiamat,” begitu ajak Muadz bin Jabal. Di halaqah itu, kita bisa melaksanakan hal-hal yang diwajibkan Allah kepada kita, membaca Al-Qur’an, membaca hadits, atau mengkaji ilmu pengetahuan lainnya.

5. Perbanyaklah amal shalih
Suatu ketika Rasulullah saw. bertanya, “Siapa di antara kalian yang berpuasa di hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Lalu Rasulullah saw. bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Lalu Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah amal-amal itu menyatu dalam diri seseorang malainkan dia akan masuk surga.” (Muslim)
Begitulah seorang mukmin yang shaddiq (sejati), begitu antusias menggunakan setiap kesempatan untuk memperbanyak amal shalih. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan surga. “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb-mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” (Al-Hadid: 21)
Begitulah mereka. Sehingga keadaan mereka seperti yang digambarkan Allah swt., “Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam, dan pada akhir-akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). Dan, pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (Adz-Dzariyat: 17-19)
Banyak beramal shalih, akan menguatkan iman kita. Jika kita kontinu dengan amal-amal shalih, Allah akan mencintai kita. Dalam sebuah hadits qudsy, Rasulullah saw. menerangkan bahwa Allah berfirman, “Hamba-Ku senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan mengerjakan nafilah sehingga Aku mencintainya.” (Shahih Bukhari no. 6137)

6. Lakukan berbagai macam ibadah
Ibadah memiliki banyak ragamnya. Ada ibadah fisik seperti puasa, ibadah materi seperti zakat, ibadah lisan seperti doa dan dzikir. Ada juga ibadah yang yang memadukan semuanya seperti haji. Semua ragam ibadah itu sangat bermanfaat untuk menyembuhkan lemah iman kita.
Puasa membuat kita khusyu’ dan mempertebal rasa muraqabatullah (merasa diawasi Allah). Shalat rawatib dapat menyempurnakan amal-amal wajib kita kurang sempurna kualitasnya. Berinfak mengikis sifat bakhil dan penyakit hubbud-dunya. Tahajjud menambah kekuatan.
Banyak melakukan berbagai macam ibadah bukan hanya membuat baju iman kita makin baru dan cemerlang, tapi juga menyediakan bagi kita begitu banyak pintu untuk masuk surga. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menafkahi dua istri di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga: ‘Wahai hamba Allah, ini adalah baik.’ Lalu barangsiapa yang menjadi orang yang banyak mendirikan shalat, maka dia dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa menjadi orang yang banyak berjihad, maka dia dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa menjadi orang yang banyak melakukan puasa, maka dia dipanggil dari pintu ar-rayyan. Barangsiapa menjadi orang yang banyak mengeluarkan sedekah, maka dia dipanggil dari pintu sedekah.” (Bukhari no. 1798)



7. Hadirkan perasaan takut mati dalam keadaan su’ul khatimah
Rasa takut su’ul khatimah akan mendorong kita untuk taat dan senantiasa menjaga iman kita. Penyebab su’ul khatimah adalah lemahnya iman menenggelamkan diri kita ke dalam jurang kedurhakaan. Sehingga, ketika nyawa kita dicabut oleh malaikat Izrail, lidah kita tidak mampu mengucapkan kalimat laa ilaha illallah di hembusan nafas terakhir.

8. Banyak-banyaklah ingat mati
Rasulullah saw. bersabda, “Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah sekarang ziarahilah kubur karena hal itu bisa melunakan hati, membuat mata menangism mengingatkan hari akhirat, dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor.” (Shahihul Jami’ no. 4584)
Rasulullah saw. juga bersabda, “Banyak-banyaklah mengingat penebas kelezatan-kelezatan, yakni kematian.” (Tirmidzi no. 230)
Mengingat-ingat mati bisa mendorong kita untuk menghindari diri dari berbuat durhaka kepada Allah; dan dapat melunakkan hati kita yang keras. Karena itu Rasulullah menganjurkan kepada kita, “Kunjungilah orang sakit dan iringilah jenazah, niscaya akan mengingatkanmu terhadap hari akhirat.” (Shahihul Jami’ no. 4109)
Melihat orang sakit yang sedang sakaratul maut sangat memberi bekas. Saat berziarah kubur, bayangkan kondisi keadaan orang yang sudah mati. Tubuhnya rusak membusuk. Ulat memakan daging, isi perut, lidah, dan wajah. Tulang-tulang hancur.
Bayangan seperti itu jika membekas di dalam hati, akan membuat kita menyegerakan taubat, membuat hati kita puas dengan apa yang kita miliki, dan tambah rajin beribadah.

9. Mengingat-ingat dahsyatnya keadaan di hari akhirat
Ada beberapa surat yang menceritakan kedahsyatan hari kiamat. Misalnya, surah Qaf, Al-Waqi’ah, Al-Qiyamah, Al-Mursalat, An-Naba, Al-Muththaffifin, dan At-Takwir. Begitu juga hadits-hadits Rasulullah saw.
Dengan membacanya, mata hati kita akan terbuka. Seakan-akan kita menyaksikan semua itu dan hadir di pemandangan yang dahsyat itu. Semua pengetahuan kita tentang kejadian hari kiamat, hari kebangkitan, berkumpul di mahsyar, tentang syafa’at Rasulullah saw., hisab, pahala, qishas, timbangan, jembatan, tempat tinggal yang kekal di surga atau neraka; semua itu menambah tebal iman kita.

10. Berinteraksi dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam
Aisyah pernah berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihat orang-orang jika mereka melihat awan, maka mereka gembira karena berharap turun hujan. Namun aku melihat engkau jika engkau melihat awan, aku tahu ketidaksukaan di wajahmu.” Rasulullah saw. menjawab, “Wahai Aisyah, aku tidak merasa aman jika di situ ada adzab. Sebab ada suatu kaum yang pernah diadzab dikarenakan angin, dan ada suatu kaum yang melihat adzab seraya berkata, ‘Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami’.” (Muslim no. 899)
Begitulah Rasulullah saw. berinteraksi dengan fenomena alam. Bahkan, jika melihat gerhana, terlihat raut takut di wajah beliau. Kata Abu Musa, “Matahari pernah gerhana, lalu Rasulullah saw. berdiri dalam keadaan ketakutan. Beliau takut karena gerhana itu merupakan tanda kiamat.”

11. Berdzikirlah yang banyak
Melalaikan dzikirulah adalah kematian hati. Tubuh kita adalah kuburan sebelum kita terbujur di kubur. Ruh kita terpenjara. Tidak bisa kembali. Karena itu, orang yang ingin mengobati imannya yang lemah, harus memperbanyak dzikirullah. “Dan ingatlah Rabb-mu jika kamu lupa.” (Al-Kahfi: 24) “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lha hati menjadi tentram.” (Ar-Ra’d: 28)
Ibnu Qayim berkata, “Di dalam hati terdapat kekerasan yang tidak bisa mencair kecuali dengan dzikrullah. Maka seseorang harus mengobati kekerasan hatinya dengan dzikrullah.”

12. Perbanyaklah munajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya
Seseorang selagi banyak pasrah dan tunduk, niscaya akan lebih dekat dengan Allah. Sabda Rasulullah saw., “Saat seseorang paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa.” (Muslim no. 428)
Seseorang selagi mau bermunajat kepada Allah dengan ucapan yang mencerminkan ketundukan dan kepasrahan, tentu imannya semakin kuat di hatinya. Semakin menampakan kehinaan dan kerendahan diri kepada Allah, semakin kuat iman kita. Semakin banyak berharap dan meminta kepada Allah, semakin kuat iman kita kepada Allah swt.

13. Tinggalkan angan-angan yang muluk-muluk
Ini penting untuk meningkatkan iman. Sebab, hakikat dunia hanya sesaat saja. Banyak berangan-angan hanyalah memenjara diri dan memupuk perasaan hubbud-dunya. Padahal, hidup di dunia hanyalah sesaat saja.
Allah swt. berfirman, “Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka adzab yang telah dijanjikan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.” (Asy-Syu’ara: 205-207)
“Seakan-akan mereka tidak pernah diam (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari.” (Yunus: 45)

14. Memikirkan kehinaan dunia
Hati seseorang tergantung pada isi kepalanya. Apa yang dipikirkannya, itulah orientasi hidupnya. Jika di benaknya dunia adalah segala-galanya, maka hidupnya akan diarahkan untuk memperolehnya. Cinta dunia sebangun dengan takut mati. Dan kata Allah swt., “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Ali Imran)
Karena itu pikirkanlah bawa dunia itu hina. Kata Rasulullah saw., “Sesungguhnya makanan anak keturunan Adam itu bisa dijadikan perumpamaan bagi dunia. Maka lihatlah apa yang keluar dari diri anak keturunan Adam, dan sesungguhnya rempah-rempah serta lemaknya sudah bisa diketahui akan menjadi apakah ia.” (Thabrani)
Dengan memikirkan bahwa dunia hanya seperti itu, pikiran kita akan mencari orientasi ke hal yang lebih tinggi: surga dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya.

15. Mengagungkan hal-hal yang terhormat di sisi Allah
“Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu dari ketakwaan hati.” (Al-Hajj: 32)
“Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabb-nya.” (Al-Hajj: 30)
Hurumatullah adalah hak-hak Allah yang ada di diri manusia, tempat, atau waktu tertentu. Yang termasuk hurumatullah, misalnya, lelaki pilihan Muhammad bin Abdullah, Rasulullah saw.; tempat-tempat suci (Masjid Haram, Masjid Nabawi, Al-Aqha), dan waktu-waktu tertentu seperti bulan-bulan haram.
Yang juga termasuk hurumatullah adalah tidak menyepelekan dosa-dosa kecil. Sebab, banyak manusia binasa karena mereka menganggap ringan dosa-dosa kecil. Kata Rasulullah saw., “Jauhilah dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil itu bisa berhimpun pada diri seseornag hingga ia bisa membinasakan dirinya.”

16. Menguatkan sikap al-wala’ wal-bara’
Al-wala’ adalah saling tolong menolong dan pemberian loyalitas kepada sesama muslim. Sedangkan wal-bara adalah berlepas diri dan rasa memusuhi kekafiran. Jika terbalik, kita benci kepada muslim dan amat bergantung pada musuh-musuh Allah, tentu keadaan ini petanda iman kita sangat lemah.
Memurnikan loyalitas hanya kepada Alah, Rasul, dan orang-orang beriman adalah hal yang bisa menghidupkan iman di dalam hati kita.

17. Bersikap tawadhu
Rasulullah saw. bersabda, “Merendahkan diri termasuk bagian dari iman.” (Ibnu Majah no. 4118)
Rasulullah juga berkata, “Barangsiapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada Allah padahal dia mampu mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hati kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga dia diberi kebebasan memilih di antara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya.” (Tirmidzi no. 2481)
Maka tak heran jika baju yang dikenakan Abdurrahman bin Auf –sahabat yang kaya—tidak beda dengan yang dikenakan para budak yang dimilikinya.

18. Perbanyak amalan hati
Hati akan hidup jika ada rasa mencintai Allah, takut kepada-Nya, berharap bertemu dengan-Nya, berbaik sangka dan ridha dengan semua takdir yang ditetapkan-Nya. Hati juga akan penuh dengan iman jika diisi dengan perasaan syukur dan taubat kepada-Nya. Amalan-amalan hati seperti itu akan menghadirkan rasa khusyuk, zuhud, wara’, dan mawas diri. Inilah halawatul iman (manisnya iman)

19. Sering menghisab diri
Allah berfirman, “Hai orang-ornag yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (Al-Hasyr: 18)
Umar bin Khattab r.a. berwasiat, “Hisablah dirimu sekalian sebelum kamu dihisab.” Selagi waktu kita masih longgar, hitung-hitunglah bekal kita untuk hari akhirat. Apakah sudah cukup untuk mendapat ampunan dan surga dari Allah swt.? Sungguh ini sarana yang efektif untuk memperbaharui iman yang ada di dalam diri kita.

20. Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman
Perbanyaklah doa. Sebab, doa adalah kekuatan yang luar biasa yang dimiliki seorang hamba. Rasulullah saw. berwasiat, “Iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu bagaikan pakaian yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu.”
Ya Allah, perbaharuilah iman yang ada di dalam dada kami. Tetapkanlah hati kami dalam taat kepadamu. Tidak ada daya dan upaya kami kecuali dengan pertolonganMu.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/

Kisah Qarun : Orang Yang Kaya Tapi Sesat

﴿﷽﴾
In The Name of Allah, The Most Gracious, The Most Merciful
Muqaddimah

﴿ اِقْرَاۡ بِاسْمِ رَبِّکَ الَّذِیۡ خَلَقَ﴾

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan”
[al-Alaq : 1]
“Inna Alhamdulillah, nahbuduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruhu, wa na’uzubillah min syururi anfusina wa min sayyi’ati a’malina, man^yahdihillahu falaa mudhillalahu, wa man^yudhil falaa hadiyalah, wa ashadu ‘an~la ilaha illa Allah wahdahu la syarikalah, wa ashadu ‘anna Muhammad ‘abduhu wa rasuluhu. Amma ba’d.”
“Segala puji hanya milik Allah subhana wata’ala, kami memujiNya dan memohon pertolongan padaNya dan ampunan kepadaNya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amalan perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petujunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa Allah sesatkan, tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
Aku bersaksi bahawa tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahawa Muhammad itu hambaNya dan RasulNya.”
Alhamdulillah, segala pujian untuk Allah ta’ala kerana memberi saya peluang untuk berkongsi kepada anda semua sebuah lagi kisah yang diuraikan oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya ‘Qisas al-Quran(Kisah al-Quran)’. Banyak kisah-kisah di dalam kitab ini yang saya terjemahkan dan kongsi kepada anda semua, agar memberi manfaat dan pengajaraan untuk kita semua dalam mengabdikan diri kepada Allah Maha Kuasa.
Dalam artikel kali ini, akan dikisahkan pula oleh Imam Ibnu Katsir mengenai Qarun. Ramai di kalangan kita yang menyebut ‘Harta Qarun’, namun tahukah anda siapa itu Qarun? Kisah di sebalik tabirnya? Mari sama-sama kita ikuti kisahnya.
***

 اِنَّ قٰرُوۡنَ کَانَ مِنۡ قَوْمِ مُوۡسٰی فَبَغٰی عَلَیۡہِمْ ۪ وَ اٰتَیۡنٰہُ مِنَ الْکُنُوۡزِ مَاۤ اِنَّ مَفَاتِحَہٗ لَتَنُوۡٓاُ بِالْعُصْبَۃِ اُولِی الْقُوَّۃِ ٭ اِذْ قَالَ لَہٗ قَوْمُہٗ لَا تَفْرَحْ اِنَّ اللہَ لَا یُحِبُّ الْفَرِحِیۡنَ ﴿۷۶
Sesungguhnya Qarun itu termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh orang-orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, ‘Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri.’

وَ ابْتَغِ فِیۡمَاۤ اٰتٰىکَ اللہُ الدَّارَ الْاٰخِرَۃَ وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنْیَا وَ اَحْسِنۡ کَمَاۤ اَحْسَنَ اللہُ اِلَیۡکَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِی الْاَرْضِ ؕ اِنَّ اللہَ لَا یُحِبُّ الْمُفْسِدِیۡنَ ﴿۷۷
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bahagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerosakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerosakan.
قَالَ اِنَّمَاۤ اُوۡتِیۡتُہٗ عَلٰی عِلْمٍ عِنۡدِیۡ ؕ اَوَلَمْ یَعْلَمْ اَنَّ اللہَ قَدْ اَہۡلَکَ مِنۡ قَبْلِہٖ مِنَ القُرُوۡنِ مَنْ ہُوَ اَشَدُّ مِنْہُ قُوَّۃً وَّ اَکْثَرُ جَمْعًا ؕ وَلَا یُسْـَٔلُ عَنۡ ذُنُوۡبِہِمُ الْمُجْرِمُوۡنَ ﴿۷۸
Dia (Qarun) berkata : “Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata kerana ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu, bahawa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka.

 فَخَرَجَ عَلٰی قَوْمِہٖ فِیۡ زِیۡنَتِہٖ ؕ قَالَ الَّذِیۡنَ یُرِیۡدُوۡنَ الْحَیٰوۃَ الدُّنیَا یٰلَیۡتَ لَنَا مِثْلَ مَاۤ اُوۡتِیَ قٰرُوۡنُ ۙ اِنَّہٗ لَذُوۡحَظٍّ عَظِیۡمٍ ﴿۷۹
Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahan. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata : “Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya dia benar-benar beruntung besar.”

 وَ قَالَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الْعِلْمَ وَیۡلَکُمْ ثَوَابُ اللہِ خَیۡرٌ لِّمَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صٰلِحًا ۚ وَلَا یُلَقّٰىہَاۤ اِلَّا الصّٰبِرُوۡنَ ﴿۸۰
Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata : “Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar.”

فَخَسَفْنَا بِہٖ وَ بِدَارِہِ الْاَرْضَ ۟ فَمَا کَانَ لَہٗ مِنۡ فِئَۃٍ یَّنۡصُرُوۡنَہٗ مِنۡ دُوۡنِ اللہِ ٭ وَ مَا کَانَ مِنَ المُنۡتَصِرِیۡنَ ﴿۸۱
Maka kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.

 وَ اَصْبَحَ الَّذِیۡنَ تَمَنَّوْا مَکَانَہٗ بِالْاَمْسِ یَقُوۡلُوۡنَ وَیۡکَاَنَّ اللہَ یَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنۡ یَّشَآءُ مِنْ عِبَادِہٖ وَ یَقْدِرُ ۚ لَوْ لَاۤ اَنۡ مَّنَّ اللہُ عَلَیۡنَا لَخَسَفَ بِنَا ؕ وَیۡکَاَنَّہٗ لَا یُفْلِحُ الْکٰفِرُوۡنَ ﴿٪۸۲
Dan orang-orang yang kemarin mengangan-angankan kedudukan (Qarun) itu berkata : “Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki antara hamba-hamba-Nya dan membatasi (siapa yang Dia kehendaki antara hamba-hamba-Nya). Sekiranya Allah tidak melimpahkan kurniaan-Nya kepada kita, tentu dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah kiranya tidak akan beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).”

تِلْکَ الدَّارُ الْاٰخِرَۃُ نَجْعَلُہَا لِلَّذِیۡنَ لَا یُرِیۡدُوۡنَ عُلُوًّا فِی الْاَرْضِ وَلَا فَسَادًا ؕ وَالْعٰقِبَۃُ لِلْمُتَّقِیۡنَ ﴿۸۳
Negeri akhirat itu kami jadikan bagi orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerosakan di bumi. Dan kesudahan yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa.
Al-Quran, Surah al-Qasas : 76-83
Ibn Abbas memegang pendapat bahawa Qarun adalah sepupu daripada belah ayah Nabi Musa . Pendapat ini disokong juga oleh periwayat-periwayat yang lain, termasuk Ibn Juraij yang menambahkan pendapat bahawa dia adalah Qarun Ibn Yashar Ibn Qahith, sementara Nabi Musa merupakan anak lelaki Imran Ibn Hafith. Ibn Juraij meneruskan dan menyatakan bahawa pendapat Ibn Ishaq bahawa Qarun adalah pakcik kepada Nabi Musa adalah pendapat yang salah.
Qatadah berkata bahawa dia (Qarun) dahulunya digelar sebagai ‘An-Nur(Cahaya)’ kerana dia mempunyai suara yang amat merdu dalam membacakan Taurat, tetapi dia menjadi hipokrit seperti as-Samiri yang menjadi hipokrit juga. Maka, Qarun dimusnahkan kerana penyalahgunaannya terhadap kekayaan dan kemewahan yang dimiliki.
Shahr Ibn Hausab berkata bahawa Qarun itu menyeret jubah yang dipakainya dengan kebanggaan dan kesombongan(angkuh).
Allah Maha Kuasa menyatakan  kekayaan dan kemewahan yang tidak ternilai dimiliki oleh Qarun bahkan kunci-kunci hartanya sangatlah berat dan hanya dipikul oleh orang-orang yang kuat.
Bagaimanapun, dia telah ditegur oleh orang-orang yang beriman dari kalangan kaumnya yang berkata : {Janganlah engkau terlalu bangga.}, yakni, janganlah engkau sombong dan angkuh dengan kekayaan, dan lansung tidak bersyukur kepada Allah Maha Kuasa. {Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri. Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bahagianmu di dunia } yakni, Ambillah dari hartamu apa yang halal darinya dan bersukalah olehmu akan dunia ini seperti mana yang dibenarkan. {…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu} yakni, berbuat baiklah kepada makhluk Allah bahawa Dia telah berbuat baik kepada kamu, dan {dan janganlah kamu berbuat kerosakan di bumi.} yakni, janganlah kamu mencederakan orang-orang bawahanmu yang telah diperintahkan agar kamu berbuat baik, jika kamu mencederakan mereka, maka Dia akan menarik balik segala nikmat yang dikurniakan ke atas kamu. {Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri.}.
Jawaban Qarun kepada nasihat-nasihat ini tidak lain hanyalah : {Dia (Qarun) berkata : Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata kerana ilmu yang ada padaku.} yakni, aku tidak perlukan nasihat dan kata-kata kalian, kerana Allah mengurniakan ini kepadaku kerana aku berhak dan aku layak untuk menerimanya. Tambahan, jika bukan kerana Dia tidak mencintaiku, maka Dia tidak akan mengurniakan semua ini kepadaku.
Allah Maha Kuasa menyangkal percakapannya itu dengan berfirman : {Tidakkah dia tahu, bahawa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka(kerana Allah kenal mereka, maka mereka akan diseksa tanpa dipanggil kelak).} yakni, Kami telah memusnahkan sebelum mereka generasi-generasi yang disebabkan oleh dosa dan amalan buruk mereka dan mereka itu lebih kuat daripada Qarun bahkan mempunyai lebih ramai anak daripadanya. Maka, jika benar kata Qarun itu, nescaya Kami tidak memusnahkan mereka-mereka yang lebih kaya dan kuat daripadanya itu, dan kekayaan itu sesungguhnya bukanlah sebuah ukuran kasih sayang Kami kepadanya.
Allah Maha Kuasa berfirman di dalam Surah Saba ayat 37 :
وَمَاۤ اَمْوٰلُکُمْ وَ لَاۤ اَوْلٰدُکُمۡ بِالَّتِیۡ تُقَرِّبُکُمْ عِنۡدَنَا زُلْفٰۤی اِلَّا مَنْ اٰمَنَ وَ عَمِلَ صٰلِحًا ۫ فَاُولٰٓئِکَ لَہُمْ جَزَآءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوۡا وَ ہُمْ فِی الْغُرُفٰتِ اٰمِنُوۡنَ ﴿۳۷
Dan bukanlah harta dan anak-anakmu yang mendekatkan kamu kepada Kami; melainkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda atas apa yang mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam syurga).
Allah Maha Bijaksana juga berfirman dalam Surah Al-Mukminun ayat 55 – 56.

اَیَحْسَبُوۡنَ اَنَّمَا نُمِدُّہُمۡ بِہٖ مِنۡ مَّالٍ وَّ بَنِیۡنَ ﴿ۙ۵۵  نُسَارِعُ لَہُمْ فِی الْخَیۡرٰتِ ؕ بَلۡ لَّا یَشْعُرُوۡنَ ﴿۵۶
Apakah mereka mengira bahawa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu (bererti bahawa), Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyedarinya.
Jawapan Allah azza wa jalla ini adalah untuk pernyataan Qarun { Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata kerana ilmu yang ada padaku.}. Tetapi bagi sesiapa yang menyatakan bahawa dirinya adalah seorang ahli kimia dan orang yang paling kenal kesemua Nama-Nama Allah, semua ini hanyalah pernyataan. Kerana ahli kimia tidak mampu mengubah nasib dan orang kafir juga mampu kenal Nama-Nama Allah. Dan Qarun pula, adalah seorang hipokrit.
Allah Maha Kuasa berfirman seterusnya : { Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahan }, kebanyakan  ahli tafsir menyatakan bahawa Qarun keluar dengan pakaian, harta dan menunggang kenderaan(menunjukkan kemegahannya). { Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata : “Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya dia benar-benar beruntung besar.} yakni, sesiapa yang mencintai dunia, apabila melihat Qarun, mereka akan berkata : ‘Alangkah banyaknya kekayaan yang dimilikinya!’ Apabila pujian orang yang cintakan dunia ini sampai kepada hamba Allah yang beriman, mereka berkata : {Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata : “Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, }, yakni : Ganjaran Allah di Hari Kebangkitan lebih tinggi dan mulia daripada apa yang kamu (Qarun) dapat sekarang.
Allah Maha Perkasa kemudian berfirman : { dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar.}, yakni, ganjaran ini hanya diperoleh untuk orang-orang yang diberikan hidayah oleh-Nya.
Dan Allah Maha Berkuasa berfirman lagi : {Maka kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.}, apabila Qarun itu keluar kepada kaumnya dengan kemegahan, Allah kemudian berfirman  : {Maka kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi.}
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari , bahawa Rasulullah bersabda :

“Ketika seorang lelaki sedang berjalan, memakai jubah dua helai dan bangga dengan dirinya yang rambutnya tersikat rapi, maka Allah membenamkannya ke dalam perut bumi dan dia akan terus dibenamkan ke dalamnya(iaitu akan terus menerus terbenam lebih dalam ke bumi) sehinggalah Hari Kiamat.”

Diriwayatkan oleh Ibn Abbas bahawa Qarun mengupah seorang wanita pelacur dengan ganjaran yang banyak untuk bercakap kepada Nabi Musa ketika baginda bersama-sama sahabatnya bahawa baginda melakukan maksiat  terhadapnya. Dinyatakan bahawa wanita tersebut melakukan arahan yang disuruh oleh Qarun, dan Nabi Musa terperanjat mendengarnya kemudian baginda melaksanakan solat sunat dua raka’at dan seterusnya berkata kepada wanita tersebut : Demi Allah! Siapa yang mengupah kamu untuk menyatakan seperti tersebut? Dia menyatakan bahawa Qarun menyuruhnya bertindak kemudian, setelah itu, wanita itu terus bertaubat. Justeru, baginda solat kepada Allah dan berdoa untuk Qarun. Allah memberi hidayah bahawa bumi itu diperintahkan untuk mengikut perintah baginda. Maka, baginda mengarahkan agar bumi menelan Qarun. Maka terjadilah. Wallahu alam.
Diriwayatkan oleh Ibn Abbas  bahawa Qarun itu dibenamkan, sehinggalah ke lapisan bumi yang ke tujuh. Qatadah pula meriwayatkan bahawa Qarun akan terus-menerus dibenamkan sehinggalah Hari Kiamat.
Allah Maha Kuasa berfirman pula : { Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.}, yakni, Qarun tidak dapat membantu dirinya sendiri atau mendapatkan bantuan orang lain. Allah menyatakan dalam surah At-Toriq ayat 10 yang bermaksud : {Kemudian dia tidak mempunyai kuasa mahupun penolong}
Mereka yang ternampak Qarun yang tenggelam bersama harta dan kekuasaannya itu, mereka yang sebelumnya menginginkan kemewahan seperti Qarun itu berkata : {“Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki antara hamba-hamba-Nya dan membatasi (siapa yang Dia kehendaki antara hamba-hamba-Nya). Sekiranya Allah tidak melimpahkan kurniaan-Nya kepada kita, tentu dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah kiranya tidak akan beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).”}
Berikutan kisah tersebut, Allah berfirman : {Negeri akhirat itu} yakni, Syurga  {kami jadikan bagi orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerosakan di bumi. Dan kesudahan yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa.}

sumber : http://akucintakanislam.blogspot.com

Muslim Menyembah Ka'bah Sebagai Tuhan ?

Soalan:
Bukankah Islam itu melarang menyembah patung tetapi kenapa Muslim menyembah dan tunduk kepada Ka’abah dalam solat?

Jawapan:
Ka’aba adalah Qiblat, iaitu arah di mana Muslim menghadap ketika mereka solat. Perlu diingatkan bahawa Muslim tidak pernah sesekali menyembah Ka’abah, melainkan mereka hanya menyembah Allah Maha Satu. Berikut adalah beberapa pencerahan dan penerangan.

(1) Islam Zaman Dahulu
Pada Zaman Islam yang dahulu, Bilal iaitu orang yang melaungkan azan akan berdiri di atas Ka’abah untuk azan. Maka tidak logik bahawa seorang bilal yang dikatakan menyembah Ka’abah, berdiri dan memijak di atas Ka’abah iaitu Tuhannya? Jika Ka’abah itu Tuhan, kenapa memijak Tuhan?

(2) Jahitan Gambar Ka’abah Atas Sejadah
Jika anda lihat beberapa sejadah yang digunakan Muslim, terdapat gambar Ka’abah yang dijahit atasnya.
Jika Ka’abah itu Tuhan yang disembah, kenapa diletakkan di atas lantai dan dipijak-pijak oleh kaki?  Setaraf dengan kaki? Penganut agama mana yang akan memijak Tuhannya?

(3) Ka’abah Penyatu Masyarakat Muslim
Ka’abah adalah arah di mana seluruh Muslim di dunia menghala ketika mereka solat. Jika tiada Ka’abah, ibadat mereka bersepah dan tidak teratur.
Ka’abah adalah suatu tanda/arah untuk menyatukan umat Muslim agar mereka bersepadu dan berkumpul menghala ke arah yang sama.

(4) Ka’abah Adalah Titik Tengah Peta Dunia.
Muslim adalah golongan pertama yang melukis peta dunia. Mereka melukis peta dengan bahagian Selatan menghala atas dan bahagian Utara menghala bawah. Ka’abah adalah titik  tengahnya.
Tetapi kemudian kartografer barat (pelukis peta)melukis peta, cuma diterbalikkan sahaja di mana Utara di atas dan Selatan di bawah. Dan Alhamdulillah, Ka’abah tetap di tengah-tengah.

(5) Ka’abah Kawasan Neutral
Sains membuktikan bahawa Ka’abah adalah titik neutral dunia, di mana kompas bahkan tidak bergerak, kerana mereka berada di kawasan sifar. Anda boleh merujuk saintis jika tidak percaya kata saya. Sains telah buktikan.
Bahkan, burung-burung tidak akan lalu di atas Ka’abah tetapi mereka akan mengelilingi keliling Ka’abah semata-mata untuk melintas.
Sains juga telah buktikan, bahawa terdapat satu gelombang infiniti di Ka’abah yang menghala kea rah langit, dan gelombang ini tidak ada di tempat lain melainkan hanya di Ka’abah.

Konklusi:
Sekarang anda sudah tahu bahawa Muslim tidak menyembah Ka’abah, tetapi Ka’abah hanyalah arah mereka untuk beribadat. Hujah di atas mampu mematahkan pendapat bahawa Muslim itu menyembah Ka’abah. Tidak logik sekali hujah mereka.


Wallahu alam, Allah Lebih Mengetahui. 


sumber : http://akucintakanislam.blogspot.com


Galeri MAS Al-Ikhlas Ajamu











Profil MAS Al-Ikhlas Ajamu


Profil MAS Al-Ikhlas Ajamu

Nama Madrasah                   :  MAS AL-IKHLAS
Website                                   :  www.MasalikhlasAjamu.blogspot.com
Email                                       :  Mas.alikhlas@gmail.com
Facebook                                :   https://www.facebook.com/mas.alikhlasajamu
No. Statistik Madrasah         :  131212100013
NPWP Madrasah                   : 20.024.678.3-116.000
Nama Kepala Madrasah       : Drs. Ridwan Syam
No. Tlp/ Hp                           : 0813  7559  4678
Nama Yayasan                       : Majelis Ta’lim Syi’ar Islam
Alamat Yayasan                    :  PTPN IV Kebun Ajamu
Status Bangunan                    : Yayasan
Luas Bangunan                      :  210  m2

Data siswa dalam tiga tahun terakhir ( MTS dan MA ) :

Tahun Ajaran
Kelas I
Kelas 2
Kls 3

Jumlah
(Kelas1+2+3)
Jml
Siswa
Jml
Rombel
Jml
Siswa

Jml
Rombel
Jml
Siswa
Jml
Rombel
Jml
Siswa
Jml
Rombel
2010/ 2011

36
1
20
1
36
1
92
3
2011/ 2012
20
1
22
1
36
1
78
3
2012/2013
19
1
20
1
36
1
75
3